Maksudnya baik

Jalan ke neraka dilapisi oleh maksud baik.

“Jalan yang dilapisi oleh maksud baik takkan membawa kita ke mana pun,” kata John Townsend setelah mengutip pepatah Inggris di atas, dalam bukunya berjudul “Loving People”.

Saya masih ingat jelas sebuah cerpen berjudul “Maksudnya Baik” yang dimuat di harian “Sinar Harapan” edisi akhir pekan tahun 1970-an, rubrik “Sinar Remaja”. Kisahnya tentang seorang pelukis yang sedang ikut lomba lukis rancangan gedung Balai Kota. Sebagai pengganti yang bagus untuk penghapus lukisan pinsilnya, dia menggunakan roti basi.

Tiap pagi pelukis itu bergegas masuk ke sebuah toko roti kecil, dan berseru, “Roti basi satu.” Gadis penjaga toko roti tersebut dengan sigap menyiapkan, dan pelukis itu bergegas pergi. Sering Gadis itu membayangkan sang pelukis sambil melukis sambil makan, sesekali mencelupkan roti basi itu ke cangkir di dekatnya.

Satu pagi saat pelukis itu masuk ke toko roti, mobil kebakaran lewat, pelukis itu menoleh melihat sebentar. Terdorong oleh maksud baiknya, dengan berdebar-debar cepat-cepat Gadis itu mengoleskan mentega yang lezat di roti basi yang dibeli sang pelukis. Pelukis itu membayar dan membawa roti itu bergegas pergi. Wah, tentu pelukis itu senang menerima kejutan, pikirnya.

Tetapi tak lama berselang, justru dia yang jadi pucat pasi terkejut setengah mati. Pelukis itu kembali dan masuk toko roti dengan marah-marah, lukisannya yang nyaris selesai itu rusak karena roti bermentega itu! Maksudnya baik…

Sejak SD hingga SMA, saya tak pernah ikut Pramuka, pergi berkemah atau study tour, atau sekedar main ke rumah teman… Penjelasan dan alasan Ayah dan Ibu selalu diakhiri dengan, “Maksudnya baik”. Itu membuat kami, anak-anaknya, menerima keputusan mereka tanpa syarat.

Mengapa? Karena anak tidak ingin mendapat label: “kamu suka membantah”, atau “kamu tidak mau mendengarkan”, atau “kamu tidak taat”.

Budaya Indonesia penuh maksud baik. “Tidak, terima kasih.” Sekali saja, tak cukup. Orang akan menawarkan dan mendesak berulang kali, atas nama maksud baik.

Bila dengan halus dan dengan segala keterangan tetap pesannya, “Tidak, terima kasih.” Orang akan sakit hati dan kecewa, seolah tak paham… mengapa  dia “maksudnya baik” tetapi tidak diterima dengan baik? Relasi dan komunikasi jadi rusak, karena “maksudnya baik” pihak yang satu, tidak bisa ketemu, dan tak sama dengan “maksudnya baik” pihak yang lainnya.

Bila ini terjadi dalam relasi orang tua-anak, mendengarkan dengan hati, isi hati dan pikiran anak, adalah langkah bijak. Memahami dengan baik lalu memberi pilihan beserta penjelasan konsekwensi dari masing-masing pilihan, sesuai level usia anak, menolong anak mengambil keputusan yang mendewasakan. Dia yang menjalani konsekwensi keputusannya. Bukan kita.

🙂 Pesan bagi Pembaca: Setiap pertanyaan atau tanggapan Anda, dihargai. Terima kasih dan salam hangat dari eva kristiaman 🙂

2 thoughts on “Maksudnya baik

  1. Memang benar, maksud baik dari orang tua sering kali tidak ditanggapi baik oleh anak/anak didik. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita mengkomunikasikan pesan itu kepada anak dan anak didik kita.

  2. Terima kasih Fonda, cara mengomunikasikan pesan perlu dari hati orang tua/pendidik ke hati anak/anak didik, dengan memperhatikan dan bertanya apa rencana Tuhan bagi anak tersebut. Sehingga kita terhindar dari memaksakan maksud baik. Selamat mendidik anak dan anak didik!

    Salam hangat,
    eva

Leave a comment