Semoga akan lebih baik…
Itu pengharapan yang menguatkan langkah untuk tetap menapak melanjutkan perjalanan pernikahan. Tetapi harapan untuk lebih bahagia itu seiring dengan kenyataan pasangan kita itu “tidak selalu” …
Namun tidak selalu!
Apabila kita mengumpamakan hidup kita bak sebuah buku yang sedang kita tulis, kita berharap bahwa setiap lembaran yang baru akan lebih baik daripada lembaran yang sebelumnya. “Lebih baik” biasanya bermakna lebih bahagia atau lebih memuaskan kebutuhan kita. Oleh sebab itulah bagi kita, pernikahan mudah-mudahan merupakan lembaran hidup yang lebih baik atau lebih membahagiakan kita. (Siapa yang mau menikah kalau tahu bahwa pernikahan itu akan menyusahkan kita?)
Saya sendiri pun pernah terjebak di dalam ilusi pernikahan ini. Ilusi saya ialah, istri saya tidak mempunyai kebutuhan! Setidak- tidaknya saya berharap kalau pun ia mempunyai kebutuhan, ia akan dapat mengisinya sendiri. Saya juga berilusi bahwa ia akan dapat memahami panggilan hidup saya, tidak merepotkan saya, dan memberikan dukungan penuh kepada saya. Dalam kenyataannya, memang pada umumnya ia mengisi kebutuhannya sendiri, memahami panggilan hidup saya, tidak merepotkan saya, dan memberikan dukungan penuh kepada saya. Namun tidak selalu!
Yang “tidak selalu” itu sedikit, yang lain jauh lebih banyak, malah sebagian besar. Tetapi yang sedikit itu cukup bertenaga untuk membocorkan balon ilusi saya. Akibatnya adalah disillusion, yang didefinisikan Webster’s sebagai: (a) lepas dari ilusi, dan (b)lenyapnya idealisme serta menimbulkan kepahitan.
Mungkin ada di antara Anda yang mempunyai pengalaman yang serupa!
Jika “ya”, jangan khawatir! Di dunia ini ada sejumlah pasangan yang telah melalui proses ilusi dan disillusion, namun tidak berakhir dalam dissolution yang berarti pecah berkeping-keping atau berakhir. Mereka berhasil menemukan solusi, yaitu jalan keluarnya. Di bawah ini saya akan mencoba menawarkan beberapa jalan keluar yang mudah-mudahan bermanfaat.
Pertama, sadarilah bahwa keserasian bersifat temporer (sementara), bukan permanen (terus-menerus). Keserasian bersifat sementara karena ia merupakan hasil dari suatu karya bersama. Selama kerja sama itu berlangsung dengan baik, selama itu pulalah kerja sama itu akan menghasilkan keserasian. Sebaliknya, apabila kerja sama itu terhenti, berhenti pulalah keserasian.
Pada usia pernikahan kami yang kesebelas ini, saya semakin menyadari bahwa hubungan saya dengan istri saya merupakan sesuatu yang memerlukan pemeliharaan dan penjagaan terus-menerus. Tatkala saya dan istri saya berhenti menjaganya, timbullah keretakan.
Salah satu ilusi pernikahan saya adalah, kami akan selalu serasi sebab hubungan pranikah kami lumayan serasi. Ternyata saya keliru. Keserasian hari ini tidaklah menjanjikan apalagi menjamin keserasian pada hari esok. Hari esok memerlukan pemeliharaannya tersendiri. (Berhati-hatilah dengan kebalikkannya: Ketidakserasian hari ini lebih menjanjikan dan menjamin ketidakserasian hari esok!)
-Paul Gunadi, PARAKALEO, 13.04.2011
Ikuti kelanjutannya…
🙂 Pesan bagi Pembaca: Setiap pertanyaan atau tanggapan Anda, dihargai. Terima kasih dan salam hangat dari eva kristiaman 🙂