Berubah

Aku berubah, sungguh ku berubah…

Penggalan lirik lagu itu mengungkapkan kebenaran bahwa perubahan itu berawal dari diriku. Ada sebuah prinsip sederhana yang saya miliki dan selalu berhasil: bila aku ingin orang lain atau situasi berubah, perubahan itu harus mulai dari diriku. Cobalah dan buktikan, dan untuk itu kita perlu berani berubah.

BERANI BERUBAH

Ada beberapa hal yang memudahkan terjadinya proses belajar, dalam pengertian untuk menolong kita berani berubah.

Pertama adalah lingkungan di mana kita belajar mesti kondusif. Maksudnya, lingkungan itu dapat mengembalikan tanggung jawab belajar kepada si individu.

Kadang kala dalam suasana belajar yang kita jalani, kita tidak mempunyai kebebasan. Karena kita tidak mempunyai kebebasan, maka kita cenderung mengikuti apa yang telah digariskan. Mengikuti apa yang telah digariskan sebetulnya bukan belajar, itu hanyalah tranfer informasi dari satu orang kepada orang yang lainnya. Sedangkan tujuan belajar itu sendiri tidak tercapai, prosesnya memang terjalin, yaitu proses penambahan ilmu atau pengetahuan. Tetapi tujuan akhir belajar yaitu perubahan, tidak terjadi, karena apa? Orang tersebut tidak diberi kebebasan untuk berpikir, untuk bertanya.

Contoh: Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk bertanya kenapa kemalangan menimpa saya, apa salah saya, seberapa besar dosa saya?

Jadi kalau kita diberikan kesempatan untuk berpikir, untuk bertanya, belajar menjadi tanggung jawab kita. Kalau kita tidak diberikan kesempatan untuk berpikir atau pun bertanya, kita tidak lagi belajar, sebab tanggung jawab belajar itu menjadi tidak ada pada diri kita, melainkan pada si pendidiknya.

Jadi penting sekali kita mengalihkan tanggung jawab itu kepada si anak didik, bahwa ini yang engkau harus cari, atau harus engkau temukan. Dan saya kira ini yang penting supaya kita bisa belajar dengan wajar, sehingga kita lebih mudah berubah.

Contoh lain yang sering kali terjadi, yaitu banyak anak-anak yang susah dewasa karena keputusan-keputusan sudah diambilkan oleh orang tuanya, sudah digariskan oleh orang tuanya. Hidup itu benar-benar tidak lagi mempunyai tuntutan untuk memilih, untuk berpikir, untuk memutuskan, karena hidup itu sudah ditetapkan oleh orang tua. Nah, si anak tidak bisa berubah, atau susah sekali untuk berubah, karena apa? Dia tidak pernah memikul tanggung jawab itu untuk belajar.

Jadi sekali lagi, untuk bisa kita menciptakan suasana belajar, kita perlu menciptakan situasi yang bebas sehingga orang bisa merdeka untuk berpikir dan untuk bertanya.

Kadang-kadang waktu dan kesempatan itu sebenarnya ada, hanya kita juga punya kecenderungan untuk mengambil jalan pintasnya supaya cepat. Contoh: seperti anak itu, tadinya kita beri kesempatan tetapi lama sekali memutuskan. Lalu kita sebagai orang tua, atau anak pun juga berkata untuk mengambil jalan pintas. “Terserah Papa”, atau sebaliknya kita sebagai orang tua, “Mengikuti saya sajalah, pasti betul.”

Jalan pintas, memang memberi kita solusi, tetapi kita lupa bahwa solusi itu sementara bukan permanen. Yang lebih baik adalah melimpahkan tanggung jawab itu kepada si anak. Ini bisa kita terapkan dalam segala relasi sebetulnya.

 -Paul Gunadi,TELAGA, T108A

Ikuti kelanjutannya…

🙂 Pesan bagi Pembaca: Setiap pertanyaan atau tanggapan Anda, dihargai. Terima kasih dan salam hangat dari eva kristiaman 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: